Rabu, 27 Januari 2016 0 komentar

ARSITEKTUR BIOKLIMATIK

Arsitektur Bioklimatik

Pengertian

Dalam Esiklopedia Nasional Indonesia, “Arsitektur adalah ilmu dan seni merancang bangunan, kumpulan bangunan dan struktur lain yang fungsional,terstruktur dengan baik serta memiliki nilai-nilai estetika” (Ensiklopedia Nasional Indonesia, 1990).
Menurut Yeang Kenneth, “Bioclimatology is the study of the relationship between climate and life, particulary the effect of climate on the health and activity of living things ”. Artinya, ”Bioklimatik adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara iklim dan kehidupan terutama efek dari iklim pada kesehatan dan aktifitak sehari-hari”.
Bangunan bioklimatik adalah bangunan yang bentuk bangunannya disusun olehdesain penggunaan teknik hemat energi yang berhubungan dengan iklim setempatdan data meteorologi, hasilnya adalah bangunan yang berinteraksi dengan lingkungan,dalam penjelmaan dan operasinya serta penampilan berkualitas tinggi. (YeangKenneth tahun 1996).Maka berdasarkan dari penjelasan di atas bisa kita simpulkan Arsitektur Bioklimatik adalah suatu pendekatan yang mengarahkan arsitek untuk mendapatkanpenyelesaian desain dengan memperhatikan hubungan antara bentuk arsitektur dengan lingkungannya dalam kaitan iklim daerah tersebut.

Perkembangan Arsitektur Bioklimatik

Perkembangan Arsitektur Bioklimatik berawal dari 1960-an. Arsitektur Bioklimatik merupakan arsitektur modern yang dipengaruhi oleh iklim. Arsitektur bioklimatik merupakan pencermian kembali arsitektur Frank Loyd Wright yang terkenal dengan arsitektur yang berhubungan dengan alam dan lingkungan dengan prinsip utamanya bahwa didalam seni membangun tidak hanya efisiensinya saja yang dipentingkan tetapi juga ketenangannya, keselarasan, kebijaksanaan, kekuatan bangunan dan kegiatan yang sesuai dengan bangunannya, “Oscar Niemeyer dengan falsafah arsitekturnya yaitu penyesuaian terhadap keadaan alam dan lingkungan, penguasaan secara fungsional, dan kematangan dalam pengolahan secara pemilihan bentuk,bahan dan arsitektur”.
Akhirnya dari Frank Wright dan Oscar Niemeyer lahirlah arsitek lain seperti Victor Olgay pada tahun 1963 mulai memperkenalkan arsitektur bioklimatik. Setalah tahun 1990-an Kenneth Yeang mulai menerapkan arsitektur bioklimatik pada bangunantinggi bioklimatik yang memenangkan penghargaan Aga Khan Award tahun 1966 dan Award pada tahun 1966.

Prinsip Desain Arsitektur Bioklimatik

Penampilan bentuk arsitektur sebagian besar dipengaruhi oleh lingkungansetempat
- Meminimalkan ketergantungan pada sumber energi yang tidak dapat diperbaharui.
- Penghematan energi dari segi bentunk bangunan, penempatan bangunan,dan pemilihan material.
- Mengikuti pengaruh dari budaya setempat.Hal-hal yang harus dipehatikan dalam mendesain dengan tema bioklimatik strategipengendalian iklim
- Memperhatikan keuntungan matahari
- Meminimalkan perlakuan aliran panas
- Meminimalkan pembesaran bukaan/bidang terhadap matahari
- Memperhatikan ventilasi
- Memperhatikan penguapan pendinginan, sistem atap.

Prinsip-prinsip Arsitektur Bioklimatik Secara Ekologi Menurut Kenneth Yeang

1. Penempatan Core Menurut Yeang

Posisi service core sangat penting dalam merancang bangunan tingkat tinggi.Service core bukan hanya sebagai bagian struktur, juga mempengaruhi kenyamanan ternal.Posisi core dapat diklasifikasikan dalam tiga bentuk, yaitu :
- Core pusat
- Core ganda
- Core tunggal terletak pada sisi bangunan.

Core ganda memiliki banyak keuntungan, dengan memakai dua core dapat dijadikan sebagai penghalang panas yang masuk kedalam bangunan. Penelitianharus menunjukkan penggunaan pengkondisian udara secara minimum dari penempatan service core ganda yang tampilan jendala menghadap utara danselatan, dan core ditempatkan pada sisi timur dan barat. Penerapan ini juga dapat diterapkan pada daerah beriklim sejuk.

2. Menentukan Orientasi

Bangunan tingkat tinggi mendapatkan penyinaran matahari secara penuh dan radiasi panas. Orientasi bangunan sangatpenting untuk menciptakan konservasi energi. Secara umum,susunan bangunan dengan bukaan menghadap utara dan selatan memberikan keuntungan dalam mengurangi insulasi panas.Orientasi bangunan yang terbaik adalah meletakkan luas permukaan bangunan terkecil menghadap timur –barat memberikan dinding eksternal pada luar ruangan atau padaemperan terbuka. Kemudian untuk daerah tropis peletakan corelebih disenangi pada poros timur-barat. Hal ini dimaksudkan daerah buffer dan dapat menghemat AC dalam bangunan.

3. Penempatan Bukaan Jendela 

Bukaan jendela harus sebaiknya menghadap utara dan selatan sangat penting untuk mendapatkan orientasi pandangan. Jika memperhatikan alasan easthetic, curtain wall bisa digunakan pada fasad bangunanyang tidak menghadap matahari. Pada daerah iklim sejuk, ruang transisional bisa menggunakan kaca pada bagian fasad yang lain maka teras juga berfungsi sebagai „ruang sinar matahari‟, berkumpulnya panas matahari, sperti rumah kaca. Penempatan bukaan jendela pada bangunan bioklimatik dapat dilihat pada gambar 13 berikut ini.Menggunakan kaca jendela yang sejajar dengan dinding luar dengan menggunakan kaca dengan sistem Metrical Bioclimatic Window (MBW). MBW didesain sebagai sistem elemen dengan fungsi yang dikhususkan untuk ventilasi,perlindungan tata surya, penerangan alami, area visualisasi, dan kebebasan pribadi serta sistem luar yang aktif. Sistem MBW disadur dan disesuaikan dengan perkembangan zaman.Sistem ini bermaksud mengatur kondisi ternal ruangan dengan menggunakanmaksud bioklimatik teknik, yaitu :
- Penurunan perolehan panas oleh radiasi surya
- Control perolehan panas oleh konveksi dan penggunaan ventilasi silangataupun dengan pemilihan cerobong asap.
Dengan penggunaan teknik diatas, maka pencahayaan lebih maksimal dan udara pada malam hari dapat menjadi lebih sejuk.

4. Penggunaan Balkon

Menempatkan balkon akan membuat area tersebut menjadi bersih dari panel – panel sehingga mengurangi sisipanas yang menggunakan panas. Karena adanya teras – teras yang lebar akan mudah membuat taman dan menanamtanaman yang dapat dijadikan pembayang sinar yang alami,dan sebagai daerah fleksibel akan mudah untuk menambahfasilitas – fasilitas yang akan tercipta dimasa yang akan datang.

5. Membuat ruang Transisional

Menurut Yeang, ruang transisional dapat diletakkan ditengahdan sekeliling sisi bangunan sebagai ruang udara dan atrium.Ruang ini dapat menjadi ruang perantaran antara ruangdalam dan ruang luar bangunan. Ruang ini bisa menjadi koridor luar seperti rumah - rumah toko tua awal abad sembilan belas di daerah tropis. Membuat ruang transisional pada fasad bangunan bioklimatik dapat dilihat pada gambar berikut ini. Menurut Yeang, penempatan teras pada bagian dengan tingkat panas yang tinggi dapat mengurangi penggunaan panel-panel anti panas. Hal ini dapat memberikan akses ke teras yang dapat juga digunakan sebagai area evakuasi jika terjadi bencana seperti kebakaran. Atrium sebaiknya tertutup, tetapi diletakkan diantara ruangan. Puncak bangunan sebaiknyadilindungi oleh sirip - sirip atap yang mendorong angin masuk kedalam bangunan. Hal ini juga bisa di desain sebagai fungsi Wind scoops untuk mengendalikan pengudaraan alami yang masuk kedalam bagian gedung

6. Desain Pada Dinding

Penggunaan mebran yang menghubungkan bangunan dengan lingkungan dapat dijadikan sebagai kulit pelindung. Pada iklim sejuk dinding luar harus dapat menahan dinginnya musim dingindan panasnya musim panas. Pada kasus ini, dinding luar harusseperti pelindung insulasi yang bagus tetapi harus dapat dibuka pada musim kemarau. Pada daerah tropis dinding luar harus bisa digerakkan yang mengendalikan dan cross ventilation untuk kenyamanan dalam bangunan. Desain dinding pada bangunan bioklimatik.

7. Hubungan Terhadap Landscape

Menurut Yeang, lantai dasar bangunan tropis seharusnya lebih terbuka keluar dan menggunakan ventilasi yang alami karena hubungan lantai dasar dengan jalan juga penting. Fungsi atrium dalam ruangan pada lantai dasar dapat mengurangi tinggkat kepadatan jalan. Tumbuhan dan lanskap digunakan tidak hanya untuk kepentingan ekologis dan eastetik semata, tetapi juga membuat bangunan menjadi lebih sejuk. Mengintegrasikan antara elemen boitik tanamandengan elemen boitik, yaitu : bangunan. Hal ini dapat memberikan efek dingin pada bangunan dan membantu proses penyerapan O2 dan pelepasan CO2.9. Menggunakan Alat Pembayang Pasif Menurut Yeang, pembayang sinar matahari adalah esensi pembiasansinar matahari pada dinding yang menghadap matahri secara langsung (pada daerah tropisberada disisi timur dan barat) sedangkan croos ventilation seharusnya digunakan (bahkan diruang ber-AC) meningkatkan udara segar dan mengalirkan udara panaskeluar. Pemberian ventilasi yang cukup pada ruangan dengan peraturan volumetric aliran udara. Dengan adanya ventilasi,maka udara panas diatas gedung dapat dialirkan kelingkungan luar sehingga dapat menyegarkan ruangan kembali.

8. Penyekat Panas Pada Lantai

Menurut Yeang, insolator panas yang baik pada kulit bangunan dapat mengurangi pertukaran panas yang terik dengan udara dingin yang berasal dari dalam bangunan. Karakterisitk thermal insulation adalah secara utama ditentukan oleh komposisinya. Dengan alasan tersebut maka thermal insolation dibagi menjadi lima bagian utama, walaupun banyak insulator yang utama merupakan turunan produk jenis–jenis ini. Penyekat panas pada lantai bangunan bioklimatik dapat dilihat pada gambar berikut ini.Lima jenis utama, adalah :
- Flake (serpihan)
- Fibrous (berserabut)
- Granular (butiran–butiran)
- Cellular (terdiri dari sel)
- Reflective (memantulkan)
Struktur massa bangunan bekerja melepas panas pada siang hari dan melepas udara dingin pada siang hari.Pada iklim sejuk struktur bangunan dapat menyerap panas matahari sepanjang siang hari dan melepaskannya pada siang hari. Solar window atau solar-collector heat ditempatkan didepan fisik gedung untuk menyererap panas matahari.

Sumber: https://id.scribd.com/doc/111751856/Makalah-Arsitektur-Bioklimatik
0 komentar

ARSITEKTUR BIOLOGIS

PENGERTIAN

Arsitektur Biologis

Dalam arsitektur dikenal istilah arsitektur biologis, yaitu ilmu penghubung antara manusia dan lingkungannya secara keseluruhan yang juga mempelajari pengetahuan tentang hubungan integral antara manusia dan lingkungan hidup, dan merupakan arsitektur kemanusiaan yang memperhatikan kesehatan.Istilah arsitektur biologis diperkenalkan oleh beberapa ahli bangunan, antara lain Prof. Mag.arch, Peter Schmid, Rudolf Doernach dan Ir. Heinz Frick. Sebenarnya, arsitektur biologis bukan merupakan hal yang baru, sebab sejak ribuan tahun yang lalu nenek moyang kita telah menerapkan konsep dasar dari arsitektur biologis ini, yaitu dengan membangun rumah adat (tradisional) menggunakan bahan-bahan yang diambil dari alam sehingga tidak mencemari lingkungan dan mempertimbangkan rancang bagun yang dapat tahan dengan segala macam ancaman alam, seperti hewan buas dan bencana seperti banjir, longsor,gempa, dan lain-lain. Rumah adat yang berbentuk rumah panggung adalah contoh dari arsitektur biologis masyarakat Indonesia zaman dahulu. Pada peristiwa gempa di Padang tahun lalu, rumah adat ini terbukti lebih kokoh dibanding dengan rumah atau bangunan lain,karena bobotnya yang ringan, terbuat dari bambu dan kayu.Di era modern seperti sekarang, menggunakan arsitektur biologis bukan tidak mungkin, apalagi di saat kondisi bumi mengalami perubahan drastis yang disebabkan pemanasan global. Namun, tentu kita tidak harus membangun bangunan yang sama persis dengan rumah adat, karena kondisi lingkungan saat ini tidak lagi memungkinkan kita untuk membuatnya. Yang mungkin kita lakukan adalah dengan mencoba membuat rancang bangun rumah yang efisien akan sumber daya (seperti listrik) tanpa mengurangi kenyaman bagi penghuni rumah itu sendiri. Selain itu, pentingnya pendekatan ekologis seperti ramah lingkungan, ikut menjaga kelangsungan ekosistem, menggunakan energi yang efisien,memanfaatan sumber daya alam yang tidak dapat diperbarui secara efisien, menekanan penggunaan sumber daya alam yang dapat diperbarui dengan daur ulang dalam membangun lingkungan akan turut meningkatkan kualitas lingkungan hidup. Hal ini menjadi konsep arsitektur biologis saat ini menjadi lebih kontemporer.
Arsitektur biologis akan mempergunakan teknologi alamiah untuk menetrasi keadaan kritis alam yang sudah mulai terancam, untuk meningkatkan kualitas kehidupan yaitu kerohanian, dan kualitas bangunan dengan bagian-bagian material. Bahan-bahan bangunan yang digunakan dalam mewujudkan arsitektur biologis adalah bahan-bahan bangunan dari alam, seperti kayu, bambu, rumbia, alang-alang dan ijuk.Perencanaan arsitektur biologis senantiasa memperhatikan konstruksi yang sesuai dengan tempat bangunan itu berada. Teknologinya sederhana, bentuk bangunannya punditentukan oleh rangkaian bahan bangunannya dan oleh fungsi menurut kebutuhan dasar penghuni dengan cara membangunnya.Arsitektur tradisional merupakan contoh dari arsitektur biologis. Arsitektur ini mencerminkan suatu cara kehidupan harmonis, asli, ritmis dan dinamis, terjalin antara kehidupan manusia dan lingkungan sekitar secara keseluruhan. Arsitektur tradisional dibangun dengan cara yang sama dari generasi ke generasi berikutnya. Arsitektur ini cocok dengan iklim daerah setempat dan masing-masing suku bangsa di Indonesia rupanya telah memiliki arsitektur tradisional.

Arsitektur Biologis dan Penerapannya

Melalui konsep arsitektur biologis, para arsitek diajak memahami rumah sebagai sebuah bangunan organis, untuk meningkatkan kualitas kehidupan. Kualitas bangunan dengan bagian-bagian material dan rohani menentukan kualitas lingkungan hidup manusia.Bahan-bahan bangunan yang digunakan dalam mewujudkan arsitektur biologis adalah bahan-bahan bangunan dari alam. Bahan bangunan alam yang dapat dibudidayakan lagi,digunakan dalam arsitektur biologis, seperti kayu, bambu, rumbia, alang-alang dan ijuk.Bahan bangunan alamiah yang dapat digunakan lagi menjadi bangun alamiah yang dapat digunakan lagi menjadi bangun arsitektural adalah tanah liat, tanah lempung dan batu alam.Sedangkan bahan bangunan alam yang diproses pabrik atau industri adalah batu artifisial yang dibakar (batu merah), genting flam, genting pres dan batu-batuan pres (batako).Perencanaan arsitektur biologis senantiasa memperhatikan konstruksi yang sesuaidengan tempat bangunan itu berada. Teknologinya sederhana, bentuk bangunannya punditentukan oleh fungsi menurut kebutuhan dasar penghuni dan cara membangunnya.Bentuk bangunan ditentukan oleh rangkaian bahan bangunannya. Konstruksi bangunan yang digunakan ada yang bersifat masif (konstrtuksi tanah, tanah liat dan lempung),berkotak (konstruksi batu alam dan batu-batu merah), serta konstruksi bangunan rangka(kayu dan bambu). Atas dasar pengetahuan tentang bahan bangunan tersebut, akhirnya tercipta bentuk-bentuk bangunan yang berkaitan dengan sejarah arsitektur 

Daftar kata istilah diatas menunjukan hubungan antara arsitektur (pembangunan), bios (kehidupan), serta logos (dunia teratur) secara interdisipliner.

Jikalau kemanusiaan dan kebudayaan tidak menjadi pusat pada penyelesaian arsitektur maka prinsip biologis diabaikan. Bila hal itu terjadi, maka arsitektur dan teknik di bidang pembangunan perumahan hanya akan membentuk kediaman tanpa roh dan jiwa, tanpa rasa kemanusiaan. Maka penghuninya pun akan merasa asing dengan kediamannya tersebut.

Kualitas bangunan dengan bagian-bagian material dan rohani menentukan kualitas lingkungan hidup manusia. Perhatian tiap-tiap bagian yang mempengaruhi kehidupan manusia yang dilakukan oleh arsitektur biologis.

Melalui konsep arsitektur biologis, para arsitek diajak memahami rumah sebagai sebuah bangunan organis, untuk meningkatkan kualitas kehidupan. Kualitas bangunan dengan bagian-bagian material dan rohani menentukan kualitas lingkungan hidup manusia. Bahan-bahan bangunan yang digunakan dalam mewujudkan arsitektur biologis adalah bahan-bahan bangunan dari alam. Bahan bangunan alam yang dapat dibudidayakan lagi, digunakan  dalam arsitektur biologis, seperti kayu, bambu, rumbia, alang-alang dan ijuk. Bahan bangunan alamiah yang dapat digunakan lagi menjadi bangun alamiah yang dapat digunakan lagi menjadi bangun arsitektural adalah tanah liat, tanah lempung dan batu alam. Sedangkan bahan bangunan alam yang diproses pabrik atau industri adalah batu artifisial yang dibakar (batu merah), genting flam, genting pres dan batu-batuan pres (batako).

Perencanaan arsitektur biologis senantiasa memperhatikan konstruksi yang sesuai dengan tempat bangunan itu berada. Teknologinya sederhana, bentuk bangunannya pun ditentukan oleh fungsi menurut kebutuhan dasar penghuni dan cara membangunnya. Bentuk bangunan ditentukan oleh rangkaian bahan bangunannya. Konstruksi bangunan yang digunakan ada yang bersifat masif (konstrtuksi tanah, tanah liat dan lempung), berkotak (konstruksi batu alam dan batu-batu merah), serta konstruksi bangunan rangka (kayu dan bambu). Atas dasar pengetahuan tentang bahan bangunan tersebut, akhirnya tercipta bentuk-bentuk bangunan yang berkaitan dengan sejarah arsitektur.

Contoh
Beach-Green-Home-Design


Desain rumah ramah lingkungan dengan bahan daur ulang

Penggunaan bahan daur ulang untuk membuatnya lebih ramah lingkungan . Furniture bekas juga merupakan ide yang baik untuk menerapkan ide daur ulang untuk desain rumah. Hanya perlu polesan cat dan kita pun dapat memiliki semua perabotan baru dengan harga murah . Hal yang juga perlu dipertimbangkan tentang penggunaan limbah sistem konstruksi kurang untuk menghindari pemborosan yang tidak perlu dari proses konstruksi.


Sumber: 
https://clararchita77.wordpress.com/arsitektur-biologis/
http://sheilla-s.blogspot.co.id/2015/11/arsitektur-ekologi-arsitektur-biologi.html
0 komentar

ISU ARSITEKTUR LINGKUNGAN

Mencioptakan Konsep Efisiensi Energi

Green Architecture

Sebuah Konsep Impian bagi Rumah Masa Depan



Global Warming dan high level carbon emission berkembang lebih dari sekadar isu. Bila boleh memprediksi, dalam 10 tahun ke depan, andaikan tren penggunaan energi fosil dan peningkatan emisi karbon ke atmosfir tetap stagnan, maka kurang lebih 8-10% luas daratan akan berkurang setiap tahunnya. Kemudian pada dekade berikutnya, manusia harus siap menjadi korban petaka bumi.

Demi menjawab isu peningkatan suhu bumi yang melahirkan degradasi kualitas lingkungan, gerakan peduli alam lalu berlaku sebagai tren di segala aspek, termasuk arsitektur rumah tinggal dan lingkungannya.

Konsep Green Architectur, seperti yang diungkapkan oleh Dr Ir Eddy Prianto CES DEA Dosen Arsitektur Undip Semarang yang juga pakar arsitektur ramah lingkungan, pada dasarnya merespon tiga hal, yaitu keberhasilan desain dalam mengefisienkan penggunaan energi listrik dan air, menjamin kesehatan penghuninya, dan berhasil dalam mengurangi dampak lingkungan.

Terapan atas konsep tersebut akan memberi konstribusi signifikan terhadap pengurangan biaya operasional karena penggunaan energi dan air yang lebih sedikit, peningkatan kesehatan bagi penghuni karena terjaganya kualitas udara di dalam ruangan dan berkurangnya dampak buruk lingkungan karena terkendalinya peningkatan suhu lingkungannya serta terkontrolnya pembuangan limbah air ataupun sampah ke lingkungan hingga tercipta lingkungan yang hijau karena pemakaian elemen tanaman dan pengolahan air yang baik. Menentang alam

Mendesain rumah tinggal yang dengan sengaja maupun tidak melawan alam, menurut Eddy, bisa berdampak, baik bagi penghuninya saat ini maupun pada lingkungannya di waktu mendatang. Desain rumah yang mengabaikan fungsi perlindungan panas matahari atau curahan hujan dari penerapan tritisan rumah justru bakal merepotkan penghuninya. Terpaan hujan dan pancaran panas berlebihan, selain membuat material bangunan (dinding, bahan kusen hingga cat) berumur pendek juga berdampak pada konsumsi kebutuhan energi listrik berlebih.

Karena ingin suasana dalam rumah tetap adem, si penghuni lalu "mempekerjakan" alat elektronik tambahan seperti AC. Padahal, untuk meminimalisir panas dan menghemat energi, penggunaan tanaman hijau bisa dioptimalkan. "Menanam tanaman rambat atau menempatkan pot tanaman di atas atap adalah salah satu solusi. Selain sebagai barrier alami yang melindungi dan menahan panas sinar matahari, berperan pula sebagai penyerap gas CO2," tambah Eddy.

Ia pun mengamati adanya kesalahan para pencipta bangunan dalam menyelaraskan pilihan model rumah terhadap iklim lingkungan setempat. Memperkecil dimensi aliran udara atau pelubangan dinding dan meminimalisir tinggi permukaan plafon al pada rumah di daerah berhawa panas (seperti Semarang atau kota pinggiran pantai) dan bukannya mengekplorasi bentuk krepyak pada pintu, jendela, dan atap hingga pemakaian selasar sebagaimana karya arsitektur vernakular. Menekan pemborosan energi

Efisiensi energi dalam menciptakan kehangatan ataupun kesejukan dalam suatu rumah tinggal terkait erat dengan keberhasilan arsitek dalam mengolah kulit bangunan untuk merespon iklim setempat. Bila gagal, dampaknya bukan saja pada tipe rumah yang tidak ramah lingkungan tapi juga pada ketidaknyamanan penghuninya baik dari aspek subyektif dan obyektifnya.

Yang harus dipahami, adalah dengan mengembangkan konsep arsitektur hijau, kita bisa menekan pemborosan energi di sektor ini. Makna yang lebih penting adalah kita bisa menghambat laju pemanasan dunia. Dengan konsep rumah hijau disadari atau tidak, penggunaan listrik secara signifikan dapat ditekan dan kenyamanan berhuni dapat dirasakan jauh lebih baik.

Sosialisasi berkesinambungan perlu terus dilakukan, agar seluruh penghuni bumi menjadi penerap yang konsisten. "Percuma mengkampanyekan konsep hijau, tapi disiplin dan kesadaran kita untuk menjalankannya belum penuh. Minimal dari scope yang terkecil, yaitu keluarga," kata Sudjadi, SE Ketua REI Jateng. Maka, untuk mewujudkannya, perlu dilakukan pembelajaran menyeluruh kepada masyarakat yang didukung dengan contoh kongkret sebagai bagian dari proses memperpanjang umur bumi.

Sumber: http://www.alpensteel.com/article/53-101-energi-terbarukan--renewable-energy/3696--menciptakan-konsep-efisiensi-energi
 
;