Kamis, 02 November 2017

Kritik Arsitektur





Gedung Merdeka di jalan Asia-Afrika, Bandung, Indonesia, adalah gedung bersejarah yang pernah digunakan sebagai tempat Konferensi Tingkat Tinggi Asia-Afrika tahun 1955. Kini gedung ini digunakan sebagai museum yang memamerkan berbagai benda koleksi dan foto Konferensi Asia-Afrika yang merupakan cikal bakal Gerakan Non-Blok pertama yang pernah digelar disini tahun 1955. Dengan demikian, Gedung Merdeka memiliki daya tarik wisata yang dapat menarik wisatawan. 

Sejarah Gedung Merdeka

Bangunan ini pertama kali dibangun pada tahun 1895 dan dinamakan Sociëteit Concordia, dan pada tahun 1926 bangunan ini direnovasi seluruhnya oleh Wolff Schoemacher, Aalbers dan Van Gallen.[2] Gedung Sociëteit Concordia dipergunakan sebagai tempat rekreasi dan sosialisasi oleh sekelompok masyarakat Belanda yang berdomisili di kota Bandung dan sekitarnya. Mereka adalah para pegawai perkebunan, perwira, pembesar, pengusaha, dan kalangan lain yang cukup kaya. Pada hari libur, terutama malam hari, gedung ini dipenuhi oleh mereka untuk berdansa, menonton pertunjukan kesenian, atau makan malam.
Pada masa pendudukan Jepang gedung ini dinamakan Dai Toa Kaman dengan fungsinya sebagai pusat kebudayaan.
Pada masa proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945 gedung ini digunakan sebagai markas pemuda Indonesia guna menghadapi tentara Jepang yang pada waktu itu enggan menyerahkan kekuasaannya kepada Indonesia.
Setelah pemerintahan Indonesia mulai terbentuk (1946 - 1950) yang ditandai oleh adanya pemerintahan Haminte Bandung, Negara Pasundan, dan Recomba Jawa Barat, Gedung Concordia dipergunakan lagi sebagai gedung pertemuan umum. disini biasa diselenggarakan pertunjukan kesenian, pesta, restoran, dan pertemuan umum lainnya.
Setelah terbentuk Konstituante Republik Indonesia sebagai hasil pemilihan umum tahun 1955, Gedung Merdeka dijadikan sebagai Gedung Konstituante. Karena Konstituante dipandang gagal dalam melaksanakan tugas utamanya, yaitu menetapkan dasar negara dan undang-undang dasar negara, maka Konstituante itu dibubarkan oleh Dekret Presiden tanggal 5 Juli 1959. Selanjutnya, Gedung Merdeka dijadikan tempat kegiatan Badan Perancang Nasional dan kemudian menjadi Gedung Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara (MPRS) yang terbentuk tahun 1960.
Setelah meletus pemberontakan G30S, Gedung Merdeka dikuasai oleh instansi militer dan sebagian dari gedung tersebut dijadikan sebagai tempat tahanan politik G30S. Pada bulan Juli 1966, pemeliharaan Gedung Merdeka diserahkan oleh pemerintah pusat kepada Pemerintah Daerah Tingkat I Provinsi Jawa Barat, yang selanjutnya oleh Pemerintah Daerah Tingkat I Provinsi Jawa Barat diserahkan lagi pelaksanaannya kepada Pemerintah Daerah Tingkat II Kotamadya Bandung. Tiga tahun kemudian, tanggal 6 Juli 1968, pimpinan MPRS di Jakarta mengubah surat keputusan mengenai Gedung Merdeka (bekas Gedung MPRS) dengan ketentuan bahwa yang diserahkan adalah bangunan induknya, sedangkan bangunan-bangunan lainnya yang terletak di bagian belakang Gedung Merdeka masih tetap menjadi tanggung jawab MPRS.
Pada Maret 1980 Gedung ini kembali dipercayakan menjadi tempat peringatan Konferensi Asia Afrika yang ke-25. Pada puncak peringatannya diresmikan Museum Konferensi Asia Afrika oleh Soeharto, Presiden Republik Indonesia kedua.

Arsitek Gedung Merdeka

Prof. Charles Prosper Wolff Schoemaker (lahir di Banyubiru, Semarang, Jawa Tengah, Indonesia, 25 Juli 1882 – meninggal di Kota Bandung, Jawa Barat, Indonesia, 22 Mei 1949 pada umur 66 tahun) adalah seorang arsitek berkebangsaan Belanda yang berdiam di Hindia Belanda (sekarang Indonesia). Selain itu ia juga pernah menjadi guru besar arsitektur dan rektor ketujuh Technische Hoogeschool te Bandoeng (TH Bandung - yang kemudian menjadi Institut Teknologi Bandung - ITB) yang menjabat pada periode 16 Juni 1934-2 Agustus 1935.

Charles Prosper Schoemaker, kemudian namanya menjadi Charles Prosper Wolff Schoemaker, adalah anak kedua dari pasangan Jan Prosper Schoemaker - seorang pensiunan Mayor Infanteri - dan Josephine Charlotte Wilhelmina Wolff. Saudara kandungnya adalah Maria Suzanna Arnolda (1880) dan Richard Leonard Arnold Schoemaker (lahir di Roermond, Belanda - 5 Oktober 1886).
Ia merupakan salah satu dari 3 arsitek besar di Hindia Belanda sebelum Perang Dunia II, bersama dengan Albert Aalbers dan Henri Maclaine Pont. Berbagai bangunan bersejarah di Bandung merupakan hasil karyanya. Gereja Katedral di Jalan Merdeka, Gereja Bethel di Jalan Wastukencana, Masjid Cipaganti, Bioskop Majestic, Hotel Preanger, Sociëteit Concordia, Gedung Asia Afrika, Villa Isola, dan Gedung PLN Bandung merupakan sebagian dari hasil karyanya.


Bangunan ini dirancang pada tahun 1926 oleh Van Galen Last dan C.P. Wolff Schoemaker. Keduanya adalah Guru Besar pada Technische Hoogeschool te Bandoeng (TH Bandoeng - yang kemudian menjadi Institut Teknologi Bandung - ITB), dua arsitek Belanda yang terkenal pada masa itu, Gedung ini kental sekali dengan nuansa art deco dan gedung megah ini terlihat dari lantainya yang terbuat dari marmer buatan Italia yang mengkilap, ruangan-ruangan tempat minum-minum dan bersantai terbuat dari kayu cikenhout, sedangkan untuk penerangannya dipakai lampu-lampu bias kristal yang tergantung gemerlapan. Gedung ini menempati areal seluas 7.500 m2.

Hubungan Dengan Lingkungan Sekitar

Letak Gedung Merdeka yang berada di pusat kota memudahkan wisatawan untuk berkunjung. Selain itu, posisi Gedung Merdeka yang berada di Jalan Asia Afrika mudah dijangkau dari terminal bus, stasiun kereta api, dan bandara. Jarak dari Gedung Merdeka ke Terminal Bus Leuwi Panjang yaitu sekitar dua kilometer, dengan Stasiun Kereta Api Kota Bandung berjarak sekitar satu setengah kilometer, dengan Bandara Husein Sastranegara berjarak sekitar tiga kilometer. Dengan demikian wisatawan dapat mudah menjangkau Gedung Merdeka dan Museum KAA dari jalur
manapun. Kendaraan umum (Bus Damri) pun melewati depan gedung ini sehingga dapat memudahkan bagi wisatawan yang berkunjung secara perorangan. 
Di sekitar Gedung Merdeka terdapat hotel, restoran, kafe, bank, dan apotek. Hotel yang berdekatan dengan Gedung Merdeka di antaranya Hotel Savoy Homann Bidakara dan Hotel Grand Preanger. Hotel ini termasuk salah satu hotel mewah yang ada di Kota Bandung. Selain itu hotel ini juga dibangun pada masa kolonial sehingga memiliki corak yang khas. Di samping itu, hotel Savoy Homann dan Grand Preanger juga memiliki keterkaitan dengan peristiwa Konferensi Asia Afrika. Dengan demikian hotel ini dan Gedung Merdeka memiliki nilai sejarah tersendiri dan memiliki hubungan historis dengan penyelengaraan Konferensi Asia Afrika. Oleh sebab itu, antara pihak hotel dan Gedung Merdeka dapat menjalin kerja sama untuk menarik minat wisatawan. Gedung Merdeka pun  berada di kawasan Jalan Braga. Di kawasan ini terdapat restoran, kafe, bank, perusahaan tour and travel, toko lukisan, toko cinderamata, toko kamera, toko buku, dan apotek, yang semuanya itu dapat mendukung kegiatan wisata.

0 komentar:

Posting Komentar

 
;