Minggu, 25 Januari 2015 0 komentar
ISD Bab X AGAMA DAN MASYARAKAT

Nama : Zulfikar Zuhdi

Kelas : 1TB03

NPM : 2C314694

AGAMA DAN MASYARAKAT

Fungsi Agama


Fungsi Agama dalam MasyarakaT

Agama adalah suatu kepercayaan atau keyakinan seseorang terhadap tuhan nya. Agama mempunyai fungsi bagi kehidupan manusia. Agama sebagai pedoman hidup manusia untuk membawa mereka kejalan yang benar.
Fungsi Agama menurut Prof.Dr.H. Jalaluddin yaitu:
1. Fungsi Edukatif, agama memberi pengajaran dan bimbingan kepada kita tentang sejarah agama.
2. Fungsi Penyelamat, kita sebagai manusia ingin hidup bahagia di dunia dan diakhirat. Pasti semua orang ingin menikmati Surga apabila ia telah tiada didunia, jadi agama memberi kita pedoman agar kita melakukan perbuatan yang terpuji yang membuat hidup kita selamat di dunia dan di akhirat.
3. Fungsi Perdamaian, setiap manusia yang memiliki kesalahan yang sangat besar, dengan bertobat dosa nya bisa diampuni.
4. Fungsi Kontrol Sosial, adanya sikap sosial terhadap sesama seperti saling tolong menolong, adanya sikap tenggang rasa karena agama mencintai perdamaian.
5. Fungsi Menanam Persaudaraan, karena manusia tidak bisa hidup sendiri dan hidup yang saling tolong menolong dan akan membangun hubungan persaudaraan.
6. Fungsi Pembaharuan, karena agama dapat membawa kita ke arah yang lebih baik.

Dimensi Komitmen Agama

Berikut adalah lima dimensi keberagamaan Glock & Stark (Ancok dan Suroso, 1995), di antaranya sebagai berikut :
1. Dimensi keyakinan (ideologis). Dimensi ini berisi pengharapan-pengharapan dimana orang yang religius berpegang teguh pada pandangan teologis tertentu dan mengakui kebenaran doktrin-doktrin tersebut.
2. Dimensi praktik agama (ritualistik). Dimensi ini mencakup perilaku pemujaan, ketaatan, dan hal-hal yang dilakukan orang untuk menunjukkan komitmen terhadap agama yang dianutnya.
3. Dimensi pengalaman (experensial). Dimensi ini berkaitan dengan pengalaman keagamaan, perasaan-perasaan, persepsi-persepsi, dan sensasi-sensasi yang dialami seseorang atau diidentifikasikan oleh suatu kelompok keagamaan (atau suatu masyarakat) yang melihat komunikasi, walaupun kecil, dalam suatu esensi ketuhanan, yaitu dengan Tuhan.
4. Dimensi pengamalan (Konsekuensi). Dimensi ini berkaitan dengan sejauh mana perilaku individu dimotivasi oleh ajaran agamanya di dalam kehidupan sosial.
5. Dimensi pengetahuan agama (intelektual). Dimensi ini berkaitan dengan sejauh mana individu mengetahui, memahami tentang ajaran-ajaran agamanya, terutama yang ada dalam kitab suci dan sumber lainnya.



Pelembagaan Agama


Kaitan Agama dengan masyarakat

Kaitan agama dengan masyarakat dapat mencerminkan tiga tipe, meskipun tidak menggambarkan sebenarnya secra utuh (Elizabeth K. Nottingham, 1954) :
a. Masyarakat yang terbelakang dan nilai-nilai sakral.
Masyarakat tipe ini kecil, terisolasi, dan terbelakang. Anggota masyarakat menganut agama yang sama. Oleh karena itu keanggotaan mereka dalam masyarakat dan dalam kelompok keagamaan adalah sama. Agama menyusup ke dalam kelompok aktivitas yang lain. Sifat-sifatnya :
1. Agama memasukkan pengaruhnya yang sakral ke dalam sistem nilai masyarakat secara mutlak.
2. Dalam keadaan lain selain keluarga relatif belum berkembang, agama jelas menjadi fokus utama bagi pengintegrasian dan persatuan dari masyarakat secara keseluruhan.
b. Masyarakat praindustri yang sedang berkembang.
Keadaan masyarakatnya tidak terisolasi, ada perkembangan teknologi yang lebih tinggi daripada tipe pertama. Agama memberikan arti dan ikatan kepada sistem nilai dalam tiap mayarakat ini, tetapi pada saat yang sama lingkungan yang sakral dan yang sekular itu sedikit-banyaknya masih dapat dibedakan.


Pelembagaan Agama

Pelembagaan agama adalah suatu tempat atau lembaga untuk membimbing, membina dan mengayomi suatu kaum yang menganut agama.
Salah satu lembaga agama di indonesia adalah MUI.
MUI berdiri sebagai hasil dari pertemuan atau musyawarah para ulama, cendekiawan dan zu’ama yang datang dari berbagai penjuru tanah air, antara lain meliputi dua puluh enam orang ulama yang mewakili 26 Provinsi di Indonesia pada masa itu, 10 orang ulama yang merupakan unsur dari ormas-ormas Islam tingkat pusat, yaitu,NU, Muhammadiyah, Syarikat Islam, Perti. Al Washliyah, Math’laul Anwar, GUPPI, PTDI, DMI dan Al Ittihadiyyah, 4 orang ulama dari Dinas Rohani Islam, Angkatan Darat, Angkatan Udara, Angkatan Laut dan POLRI serta 13 orang tokoh/cendekiawan yang merupakan tokoh perorangan. Dari musyawarah tersebut, dihasilkan adalah sebuah kesepakatan untuk membentuk wadah tempat bermusyawarahnya para ulama. zuama dan cendekiawan muslim, yang tertuang dalam sebuah “Piagam Berdirinya MUI,” yang ditandatangani oleh seluruh peserta musyawarah yang kemudian disebut Musyawarah Nasional Ulama Indonesia.
Momentum berdirinya MUI bertepatan ketika bangsa Indonesia tengah berada pada fase kebangkitan kembali, setelah 30 tahun merdeka, di mana energi bangsa telah banyak terserap dalam perjuangan politik kelompok dan kurang peduli terhadap masalah kesejahteraan rohani umat. Dalam perjalanannya, selama dua puluh lima tahun, Majelis Ulama Indonesia sebagai wadah musyawarah para ulama, zu’ama dan cendekiawan muslim berusaha untuk :
a.  memberikan bimbingan dan tuntunan kepada umat Islam Indonesia dalam mewujudkan kehidupan beragama dan bermasyarakat yang diridhoi Allah Subhanahu wa Ta’ala;
b.  memberikan nasihat dan fatwa mengenai masalah keagamaan dan kemasyarakatan kepada Pemerintah dan masyarakat, meningkatkan kegiatan bagi terwujudnya ukhwah Islamiyah dan kerukunan antar-umat beragama dalam memantapkan persatuan dan kesatuan bangsa serta;
c.  menjadi penghubung antara ulama dan umaro (pemerintah) dan penterjemah timbal balik antara umat dan pemerintah guna mensukseskan pembangunan nasional;
d.  meningkatkan hubungan serta kerjasama antar organisasi, lembaga Islam dan cendekiawan muslimin dalam memberikan bimbingan dan tuntunan kepada masyarakat khususnya umat Islam dengan mengadakan konsultasi dan informasi secara timbal balik.

MUI Sebagai organisasi yang dilahirkan oleh para ulama, zuama dan cendekiawan muslim serta tumbuh berkembang di kalangan umat Islam, Majelis Ulama Indonesia adalah gerakan masyarakat. Dalam hal ini, Majelis Ulama Indonesia tidak berbeda dengan organisasi-organisasi kemasyarakatan lain di kalangan umat Islam, yang memiliki keberadaan otonom dan menjunjung tinggi semangat kemandirian. Semangat ini ditampilkan dalam kemandirian -- dalam arti tidak tergantung dan terpengaruh -- kepada pihak-pihak lain di luar dirinya dalam mengeluarkan pandangan, pikiran, sikap dan mengambil keputusan atas nama organisasi.
Dalam kaitan dengan organisasi-organisasi kemasyarakatan di kalangan umat Islam, Majelis Ulama Indonesia tidak bermaksud dan tidak dimaksudkan untuk menjadi organisasi supra-struktur yang membawahi organisasi-organisasi kemasyarakatan tersebut, dan apalagi memposisikan dirinya sebagai wadah tunggal yang mewakili kemajemukan dan keragaman umat Islam. Majelis Ulama Indonesia , sesuai niat kelahirannya, adalah wadah silaturrahmi ulama, zuama dan cendekiawan Muslim dari berbagai kelompok di kalangan umat Islam.
Kemandirian Majelis Ulama Indonesia tidak berarti menghalanginya untuk menjalin hubungan dan kerjasama dengan pihak-pihak lain baik dari dalam negeri maupun luar negeri, selama dijalankan atas dasar saling menghargai posisi masing-masing serta tidak menyimpang dari visi, misi dan fungsi Majelis Ulama Indonesia. Hubungan dan kerjasama itu menunjukkan kesadaran Majelis Ulama Indonesia bahwa organisasi ini hidup dalam tatanan kehidupan bangsa yang sangat beragam, dan menjadi bagian utuh dari tatanan tersebut yang harus hidup berdampingan dan bekerjasama antarkomponen bangsa untuk kebaikan dan kemajuan bangsa. Sikap Majelis Ulama Indonesia ini menjadi salah satu ikhtiar mewujudkan Islam sebagai rahmat bagi Seluruh Alam.


Agama, Konflik, dan Masyarakat


Faktor penyebab konflik dalam masyarakat:

1. Perbedaan Doktrin dan Sikap Mental
Konflik sebagai kategori sosiologi bertolak belakang dengan pengertian perdamaian dan kerukunan. Yang terakhir ini merupakan hasil dari proses assosiatif, sedangkan yang pertama dari proses dissosiatif. Proses assosiatif adalah proses yang mempersatukan; dan proses dissosiatif sifatnya menceraikan atau memecah. Fokus kita tertuju kepada masalah konflik atau bentrokan yang berkisar pada agama. Dalam konteks ini konflik sebagai fakta sosial melibatkan minimal dua pihak (golongan) yang berbeda agama bukannya sebagai konstruksi khayal (konsepsional) melainkan sebagai fakta sejarah yang masih sering terjadi pada zaman sekarang juga. Misalnya; bentrokan antara umat Kristen Gereja Purba, benturan umat Kristen dengan penganut agama Romawi (agama kekaisaran) dalam abad pertama sampai dengan ketiga. Dalam penyorotan sekarang ini kita hanya ingin mengkhususkan pada satu sumber bentrokan saja, yaitu perbedaan iman.

2.  Perbedaan Suku dan Ras Pemeluk Agama
Bahwa perbedaan suku dan ras berkat adanya agama bukan menjadi penghalang untuk menciptakan hidup persaudaraan yang rukun hal itu sudah terbukti oleh kenyataan yang menggembirakan dan hal itu tidak perlu dibicarakan lagi. Yang menjadi masalah disini ialah, apakah perbedaan suku dan ras ditambah dengan perbedaan agama menjadi penyebab lebih kuat untuk menimbulkan perpecahan antar umat manusia. Khususnya apakah dalam satu Negara yang terdiri dari berbagai suku bangsa dan yang menerima adanya agama yang berbeda-beda bukannya membina dan memperkuat unsur penyebab yang lebih kuat untuk menimbulkan perpecahan bangsa dan Negara itu. Bahwa faktor ras itu sendiri terlepas dari agama sudah membuktikan bertambahnya permusuhan dan pencarian jalan keluarnya, dan kesemuannya itu menjadi bahan menarik dalam diskusi ilmiah maupun dalam kalangan kaum politisi, adalah merupakan masalah yang tetap aktual yang tidak dijadikan sasaran dari pembicaraan kita sekarang ini.

3.  Perbedaan Tingkat Kebudayaan
Fenomena agama sebagai bagian dari budaya bangsa manusia. Kenyataan membuktikan bahwa tingkat kemajuan budaya berbagai bangsa didunia ini tidak sama. Demi mudahnya pendekatan kita bedakan saja dua tingkat kebudayaan,yaitu kebudayaan tinggi dan kebudayaan rendah, meskipun pembagian dikhotomis dan simplistik ini menenggelamkan nuansa kekayaan kultural yang memang ada diantara ujung yang tinggi dan rendah. Tolak ukur untuk menilai dan membedakan kebudayaan dalam dua kategori itu berupa asumsi yang sudah umum, pertama akumulasi ilmu pengetahuan positif dan teknologis disatu pihak dan hasil pembangunan fisik di lain pihak dan kedua yaitu bahwa agama itu merupakan motor penting dalam usaha manusia menciptakan tangga-tangga kemajuan.


Sumber :
https://id.answers.yahoo.com/question/index?qid=20130406055708AAxDpZD
http://jalurilmu.blogspot.com/2011/10/dimensi-religiusitas.html
https://tarmujimuji.wordpress.com/2012/01/10/masyarakat-agama/
http://nurulhumaira44.blogspot.com/2011/01/pelembagaan-agama.html
http://www.academia.edu/7500730/Konflik_beragama
1 komentar
ISD Bab IX ILMU PENGETAHUAN, TEKNOLOGI, DAN KEMISKINAN

Nama : Zulfikar Zuhdi

Kelas : 1TB03

NPM : 2C314694


ILMU PENGETAHUAN, TEKNOLOGI, DAN KEMISKINAN

Ilmu Pengetahuan

Pengertian Ilmu dan Ilmu Pengetahuan

     Menurut istilah, ilmu adalah pengetahuan yang sistematis atau ilmiah. Perbedaan ilmu dan pengetahuan yaitu:
- Secara umum, Pengertian Ilmu merupakan kumpulan proses kegiatan terhadap suatu kondisi dengan menggunakan berbagai cara, alat, prosedur dan metode ilmiah lainnya guna menghasilkan pengetahuan ilmiah yang analisis, objektif, empiris, sistematis dan verifikatif.
- Sedangkan pengetahuan (knowledge ) merupakan kumpulan fakta yang meliputi bahan dasar dari suatu ilmu.
     Sehingga pengetahuan belum bisa disebut sebagai ilmu, tetapi ilmu pasti merupakan pengetahuan.

     Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Pengertian Ilmu diartikan sebagai pengetahuan tentang suatu bidang yang disusun secara sistematis menurut metode ilmiah tertentu yang dapat digunakan untuk menerangkan kondisi tertentu dalam bidang pengetahuan. Sedangkan  dalam Wikipedia Indonesia, Pengertian Ilmu/ilmu pengetahuan adalah seluruh usaha sadar untuk menemukan, menyelidiki dan meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai bentuk kenyataan dalam alam manusia.

     Jadi ilmu pengetahuan adalah sebuah dasar atau bekal bagi seseorang yang ingin mencapai suatu tujuan yang diharapkannya. Tanpa ilmu pengetahuan, manusia tidak bisa mencapai apa yang diinginkannya.

     Ilmu pengetahuan memberikan setiap manusia ilmu-ilmu dasar untuk melakukan sesuatu. Ilmu pengetahuan bisa dicari dimana saja, tidak hanya dari buku pelajaran saja. Tetapi ilmu pengetahuan juga bisa diambil dari berbagai sumber seperti koran, majalah, televisi, radio, komik sains, ataupun pengalaman seseorang bahkan dari kitab suci.

Syarat - Syarat Ilmu Pengetahuan


     Dalam Pengertian Ilmu, ada lima sifat ilmiah sebagai syarat-syarat ilmu pengetahuan yaitu antara lain :

1. Sistematis. Ilmu harus memiliki keterkaitan dan terumuskan dalam hubungan yang logis dan teratur sehingga suatu sistem akan membentuk secara utuh, terpadu , menyeluruh dan mampu menjelaskan rangkaian sebab akibat yang menyangkut objeknya.

2. Objektif. Ilmu harus memiliki objek kajian yang meliputi golongan masalah yang sama dengan sifat hakikatnya, tampak dari luar maupun bentuknya dari dalam. Kajian objeknya bersifat ada atau mungkin ada karena masih harus diuji keberadaannya (bukan hasil prasangka/dugaan).

3. Analisis/metodis. Secara umum, metodis diartikan sebagai metode tertentu yang digunakan dan merujuk pada metode ilmiah atau upaya yang dilakukan untuk meminimalisasi kemungkinan terjadinya penyimpangan yang bertujuan mencari kebenaran ilmiah.

4. Universal. Ilmu bersifat umum atau kebenaran yang hendak dicapai.

5. Empiris. Ilmu hasil percobaan atau panca indera.

Sikap Ilmiah


     Sikap ilmiah adalah suatu sikapyang menerima pendapat orang lain dengan baik dan benar, tidak mengenal putus asa dengan ketekunan juga keterbukaan. Dalam hal lain sikap ilmiah tersebut adalah sikap yang harus ada dalam diri seorang ilmuwan atau akademisi dalam menghadapi persoalan-persoalan ilmiah.
     Untuk dapat melalui proses penelitian yang baik dan hasil yang baik pula, peneliti harus memiliki sifat-sifat berikut ini:

1. Dapat Membedakan Fakta dan Opini
      Fakta adalah suatu kenyataan yang disertai bukti-bukti ilmiah dan dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya, sedangkan opini adalah pendapat pribadi dari seseorang yang tidak dapat dibuktikan kebenarannya sehingga di dalam melakukan studi kepustakaan, seorang peneliti hendaknya mampu membedakan antara fakta dan opini agar hasil penelitiannya tepat dan akurat serta dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.

2. Berani dan Santun dalam Mengajukan Pertanyaan dan Argumentasi
      Peneliti yang baik selalu mengedepankan sifat rendah hati ketika berada dalam satu ruang dengan orang lain. Begitu juga pada saat bertanya, berargumentasi, atau mempertahankan hasil penelitiannya akan senantiasa menjunjung tinggi sopan santun dan menghindari perdebatan secara emosi. Kepala tetap dingin, tetapi tetap berani mempertahankan kebenaran yang diyakininya karena yakin bahwa pendapatnya sudah dilengkapi dengan fakta yang jelas sumbernya.

3. Mengembangkan Keingintahuan
      Peneliti yang baik senantiasa haus menuntut ilmu, ia selalu berusaha memperluas pengetahuan dan wawasannya, tidak ingin ketinggalan informasi di segala bidang, dan selalu berusaha mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan yang semakin hari semakin canggih dan modern.

4. Kepedulian terhadap Lingkungan
      Dalam melakukan penelitian, peneliti yang baik senantiasa peduli terhadap lingkungannya dan selalu berusaha agar penelitian yang dilakukannya membawa dampak yang positif bagi lingkungan dan bukan sebaliknya.


Teknologi

Pengertian Teknologi

      Pengertian Teknologi sebenarnya berasal dari kata Bahasa Perancis yaitu “La Teknique“ yang dapat diartikan dengan ”Semua proses yang dilaksanakan dalam upaya untuk mewujudkan sesuatu secara rasional”. Dalam hal ini yang dimaksudkan dengan sesuatu tersebut dapat saja berupa benda atau konsep, pembatasan cara yaitu secara rasional adalah penting sekali dipahami disini sedemikian pembuatan atau pewujudan sesuatu tersebut dapat dilaksanakan secara berulang (repetisi).

      Teknologi dalam arti ini dapat diketahui melalui barang-barang, benda-benda, atau alat-alat yang berhasil dibuat oleh manusia untuk memudahkan dan menggampangkan realisasi hidupnya di dalam dunia. Hal ini juga memperlihatkan tentang wujud dari karya cipta dan karya seni (Yunani techne) manusia selaku homo technicus. Dari sini muncullah istilah “teknologi”, yang berarti ilmu yang mempelajari tentang “techne” manusia. Tetapi pemahaman seperti itu baru memperlihatkan satu segi saja dari kandungan kata “teknologi”. Teknologi sebenarnya lebih dari sekedar penciptaan barang, benda atau alat dari manusia selaku homo technicus atau homo faber.

      Teknologi bahkan telah menjadi suatu sistem atau struktur dalam eksistensi manusia di dalam dunia. Teknologi bukan lagi sekedar sebagai suatu hasil dari daya cipta yang ada dalam kemampuan dan keunggulan manusia, tetapi ia bahkan telah menjadi suatu “daya pencipta” yang berdiri di luar kemampuan manusia, yang pada gilirannya kemudian membentuk dan menciptakan suatu komunitas manusia yang lain.

      Perkembangan teknologi terbaru, seperti mesin cetak, telepon, dan internet, telah menyebabkan berkurangnya hambatan fisik untuk berkomunikasi dan memungkinkan manusia untuk berinteraksi secara bebas pada skala global. Namun, tidak semua teknologi telah digunakan untuk tujuan damai, pengembangan senjata terus meningkat dan telah berkembang sepanjang sejarah, hingga ke senjata nuklir.


Ciri - Ciri Fenomena Teknik pada Masyarakat

     Ciri - ciri fenomena teknik pada masyarakat menurut Sastrapratedja:

1. Rasionalistas, artinya tindakan spontan oleh teknik diubah menjadi tindakan yang direncanakan dengan perhitungan rasional.

2. Artifisialitas, artinya selalu membuat sesuatu yang buatan tidak alamiah..

3. Otomatisme, artinya dalam hal metode, organisasi dan rumusan dilaksanakan secara otomatis. Demikian juga dengan teknik mampu mengeliminasikan kegiatan non teknis menjadi kegiatan teknis.

4. Teknik berkembang pada suatu kebudayaan.

5. Monisme, artinya semua teknik bersatu, saling berinteraksi dan saling bergantung.

6. Universalisme, artinya teknik melampaui batas-batas kebudayaan dan ideologi, bahkan dapat menguasai kebudayaan.

7. Otonomi, artinya teknik berkembang menurut prinsip-prinsip sendiri.

      Teknologi tepat guna sering tidak berdaya menghadapi teknologi barat, yang sering masuk dengan ditunggangi oleh segilintir orang atau kelompok yang bermodal besar. Ciri-ciri teknologi barat tersebut adalah :
- Bersifat Intensif pada semua kegiatan manusia.
- Cenderung bergantung pada sifat ketergantungan.
- Selalu berpikirbahwa barat adalah pusat dari segala teknologi.

Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Nilai

      Pengertian Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Nilai

Ilmu Pengetahuan, yaitu: sesuatu yang secara teratur diperoleh dengan pangkal tumpuan tertentu dengan sistematis, metodis, rasional/logis, empiris, umum dan akumulatif serta memiliki arti atau makna tersendiri bagi penerimanya.

Teknologi, yaitu: sesuatu yang berhubungan dengan proses produksi, menyangkut cara bagaimana berbagai sumber, tanah, modal, tenaga kerja dan keterampilan dikombinasikan untuk merealisasi tujuan produksi.

Nilai adalah sesuatu yang berharga, bermutu, menunjukkan kualitas, dan berguna bagi manusia. Sesuatu itu bernilai berarti sesuatu itu berharga atau berguna bagi kehidupan manusia.


Kemiskinan


Pengertian Kemiskinan

      Kemiskinan lazimnya dilukiskan sebagai kurangnya pendapatan untuk memenuhi kebutuhan hidup pokok. Dikatakan berada di bawah garis kemiskinan apabila pendapatan tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup yang paling pokok seperti pangan, pakaian, tempat berteduh, dan lain-lain.

      Garis kemiskinan yang menentukan batas minimum pendapatan yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan pokok, dapat dipengaruhi oleh tiga hal:

1. Persepsi manusia terhadap kebutuhan pokok yang diperlukan.

2. Posisi manusia dalam lingkungan sekitar.

3. Kebutuhan objectif manusia untuk bisa hidup secara manusiawi.

      Persepsi manusia terhadap kebutuhan pokok yang diperlukan dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, adat istiadat dan sistem nilai yang dimiliki.

Ciri-Ciri Manusia yang Hidup di Bawah Garis Kemiskinan


      Mereka yang hidup di bawah garis kemiskinan memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1. Tidak memiliki faktor-faktor produksi sendiri seperti tanah, modal, ketrampilan, dan lain-lain.

2. Tidak memiliki kemungkinan untuk memperoleh aset produksi dengan kekuatan sendiri, seperti untuk memperoleh tanah garapan atau modal usaha.

3. Tingkat pendidikan mereka rendah, tidak sampai tamat SD.

4. Kebanyakan tinggal di desa sebagai pekerja bebas.

5. Banyak yang hidup di kota berusia muda, dan tidak mempunyai keterampilan.


Fungsi Kemiskinan


      Pertama, kemiskinan menyediakan tenaga kerja untuk pekerjaan-pekerjaan kotor, tak terhormat, berat, berbahaya, namun dibayar murah. Orang miskin dibutuhkan untuk membersihkan got-got yang mampet, membuang sampah, menaiki gedung tinggi, bekerja di pertambangan yang tanahnya mudah runtuh, jaga malam. Bayangkan apa yang terjadi bila orang miskin tidak ada. Sampah bertumpuk, rumah dan pekarangan kotor, pembangunan terbengkalai, banyak kegiatan ekonomi yang melibatkan pekerjaan kotor dan berbahaya yang memerlukan kehadiran orang miskin.

      Kedua, kemiskinan memperpanjang nilai-guna barang atau jasa. Baju bekas yang tak layak pakai dapat dijual (diinfakkan) kepada orang miskin, termasuk buah-buahhan yang hampir busuk, sayuran yang tidak laku, Semuanya menjadi bermanfaat (atau dimanfaatkan) untuk orang-orang miskin.

      Ketiga, kemiskinan mensubsidi berbagai kegiatan ekonomi yang menguntungkan orang-orang kaya. Pegawai-pegawai kecil, karena dibayar murah, mengurangi biaya produksi dan akibatnya melipatgandakan keuntungan. Petani tidak boleh menaikkan harga beras mereka untuk mensubsidi orang-orang kota.

      Keempat, kemiskinan menyediakan lapangan kerja. Karena ada orang miskin, lahirlah pekerjaan tukang kredit, aktivis-aktivis LSM yang menyalurkan dana dari badan-badan internasional, dan yang pasti berbagai kegiatan yang dikelola oleh departemen sosial. Tidak ada komoditas yang paling laku dijual oleh Negara Dunia Ketiga di pasar internasional selain kemiskinan.

      Kelima, memperteguh status sosial orang kaya. Perhatikan jasa orang miskin pada perilaku orang-orang kaya baru. Sopir yang menemaninya memberikan label bos kepadanya. Nyonya-nyonya dapat menunjukan kekuasaannya dengan memerintah asisten - asisten mengurus rumah tangganya.

      Keenam, bermanfaat untuk jadi tumbal pembangunan. Supaya tidak menganggu ketertiban dan keindahan kota, pedagang kaki lima bila mengganggu lalu lintas ditertibkan (ditangkap, dagangannya diambil, dan kerugiannnya tidak diganti).


Sumber:
https://ciptadestiara.wordpress.com/category/ciri-ciri-fenomena-teknik/
http://isma-ismi.com/pengertian-ilmu.html
http://matakristal.com/pengertian-sikap-ilmiah-dan-metode-ilmiah/
http://www.aingindra.com/pengertian-teknologi.html
http://www.pengertian.info/pengertian-teknologi.html
0 komentar
ISD Bab VIII PERTENTANGAN SOSIAL DAN INTEGRASI MASYARAKAT

Nama : Zulfikar Zuhdi

Kelas : 1TB03

NPM : 2C314694


PERTENTANGAN SOSIAL DAN INTEGRASI MASYARAKAT



Perbedaan Kepentingan

     Timbulnya tingkah laku individu didasari oleh kepentingan. Individu berperilaku karena memiliki dorongan untuk memenuhi kepentingannya. Kepentingan memiliki sifat esensial untuk kelangsungan hidup individu, jika individu  berhasil memenuhi kepentingannya, pasti individu tersebut akan merasakan kepuasan begitu juga sebaliknya jika ia gagal dalam memenuhi kepentingan akan menimbulkan masalah baik bagi dirinya maupun lingkungan.

     Setiap individu tentu memiliki kepentingan yang berbeda dalam mengerjakan sesuatu. Demikian pula dengan kelompok. Setiap kelompok memiliki kepentingan yang berbeda-beda dalam melihat atau mengerjakan sesuatu. Kepentingan itu dapat menyangkut politik, sosial, ekonomi, dan budaya.

     Perbedaan kepentingan itu antara lain berupa :
1. Untuk memperoleh kasih sayang.
2. Untuk memperoleh harga diri.
3. Untuk memperoleh penghargaan yang sama.
4. Untuk memperoleh prestasi dan posisi.
5. Untuk dibutuhkan orang lain.
6. Untuk memperoleh kedudukan di dalam kelompoknya.
7. Untuk memperoleh rasa aman dan perlindungan diri.
8. Untuk memperoleh kemerdekaan diri.

     Kenyataan-kenyataan tersebut menunjukkan ketidakmampuan suatu ideologi mewujudkan idealism hingga menghasilkan kondisi disintegrasi atau konflik. Permasalahan utama dalam tinjauan konflik yaitu adanya jarak yang terlalu besar antara harapan dengan kenyataan antara pelaksanaan dan hasilnya, kenyataan itu disebabkan oleh sudut pandang yang berbeda antara pemerintah sebagai pemegang kendali ideologi dengan berbagai kelompok kepentingan.


Prasangka, Diskriminasi dan Etnosentrisme

A. Pengertian Prasangka Diskriminasi

     Prasangka adalah sikap yang negatif terhadap sesuatu tanpa ada alasan yang mendasar atas pribadi tersebut. Diskriminasi adalah pembedaan perlakuan terhadap sesama warga negara (warna kulit, golongan, suku, ekonomi, agama, dsb).
     
     Prasangka dan diskriminasi adalah stereotyping, yaitu suatu kecenderungan untuk mengidentifikasi dan menggeneralisasi setiap individu, benda dan sebagainya ke dalam kategori-kategori yang sudah dikenal. Prasangka dan diskriminasi berhubungan erat satu dengan yang lainnya karena pada teorinya prasangka bersumber pada satu sikap dan diskriminasi menunjuk pada satu sikap, prasangka dapat menjadi dasar dari diskriminasi, dan pada akhirnya mereka akan melakukan tindakan yang negatif.

     Apabila muncul suatu sikap berprasangka dan diskriminatif terhadap kelompok sosial lain, atau terhadap suku bangsa , kelompok etnis tertentu, bisa jadi akan menimbulkan pertentangan-pertentangan yang lebih luas. Suatu contoh : Beberapa peristiwa yang semula menyangkut beberapa orang saja bisa menjadi luas dan melibatkan sejumlah orang, misalnya akibat berebut pacar antar geng motor bisa menyebabkan kerusuhan dan meresahkan orang lain.

B. Sebab - Sebab Timbulnya Prasangka dan Diskriminasi

     Sebab timbulnya prasangka dan diskriminasi:

1. Konflik langsung antar kelompok, prasangka muncul karena kompetisi antarkelompok sosial untuk memperoleh kesempatan atau komoditas yang berharga yang berkembang menjadi rasa kebencian, prasangka dan dasar emosi.

2. Kategorisasi Sosial, yakni kecenderungan untuk membuat kategori sosial yang membedakan antara in-group“kita” dengan out-group“mereka”.

3. Mekanisme kognitif lain, ilusi tentang hubungan yaitu kecenderungan melebih-lebihkan penilaian tingkah laku negatif dalam kelompok yang relatif kecil.

4.  Pengalaman awal, prasangka dipelajari dan dikembangkan dengan melalui pengalaman langsung dan observasi/vicarious.

C. Usaha - Usaha Mengurangi atau Menghilangkan Prasangka dan Diskriminasi

     Mengatasi dampak prasangka dan diskriminasi yaitu sebagai berikut.

1. Perbaikan kondisi sosial ekonomi, dengan program pemerataan pembangunan oleh pemerintah

2. Perluasan kesempatan belajar bagi seluruh warga Indonesia, tidak hanya dinikmati oleh kalangan atas saja.

3. Sikap terbuka dan sikap lapang serta selalu menjalin komunikasi dua arah agar tidak terjadi kecurigaan antara satu orang dengan lainnya.

D. Pengertian Etnosentrisme

     Etnosentrisme adalah sikap menilai unsur-unsur kebudayaan lain dengan menggunakan kebudayaan sendiri. etnosentrisme dapat diartikan pula sebagai sikap yang menganggap cara hidup bangsanya merupakan cara hidup yang paling baik. Ketika suku bangsa yang satu menganggap suku bangsa yang lain lebih rendah maka sikap demikian akan menimbulkan konflik.

     Di sisi yang lain, jika dilihat dari fungsi sosial, etnosentrisme dapat menghubungkan seseorang dengan kelompok sehingga dapat menimbulkan solidaritas kelompok yang sangat kuat. Dampak positif dari etnosentrisme yaitu dapat mempertinggi semangat patriotisme, menjaga keutuhan dan stabilitas kebudayaan, serta mempertinggi rasa cinta pada bangsa sendiri.

Pertentangan Sosial atau Ketegangan dalam Masyarakat

     Konflik mengandung pengertian tingkah laku yang lebih luas daripada yang biasa dibayangkan orang dengan mengartikannya sebagai pertentangan yang kasar atau perang. Dalam hal ini terdapat tiga elemen dasar yang merupakan ciri dari situasi konflik, yaitu: terdapat dua atau lebih unit-unit atau bagian yang terlibat dalam konflik. Unit-unit tersebut mempunyai perbedaan-perbedaan yang tajam dalam kebutuhan, tujuan, masalah, sikap, maupun gagasan-gagasan.Terdapat interaksi diantara bagian-bagian yang mempunyai perbedaan tersebut. Konflik merupakan suatu tingkah laku yang dibedakan dengan emosi-emosi tertentu yang sering dihubungkan dengan kebencian atau permusuhan, konflik dapat terjadi pada lingkungan.

- Pada taraf di dalam diri seseorang, konflik menunjuk adanya pertentangan, ketidakpastian atau emosi dan dorongan yang antagonistic dalam diri seseorang.

- Pada taraf kelompok, konflik ditimbulkan dari konflik yang terjadi dalam diri individu, dari perbedaan pada para anggota kelompok dalam tujuan, nilai-nilai dan norma, motivasi untuk menjadi anggota kelompok, serta minat mereka.
 
- Pada taraf masyarakat, konflik juga bersumber pada perbedaan antara nilai-nilai dan norma-norma kelompok dengan nilai-nilai dan norma-norma dimana kelompok yang bersangkutan berada.


Golongan - Golongan Yang Berbeda dan Integrasi Sosial

     Masyarakat Indonesia digolongkan sebagai masyarakat majemuk yang terdiri dari berbagai suku bangsa dan golongan sosial yang dipersatukan oleh kesatuan nasional yang berwujudkan Negara Indonesia.

    Aspek-aspek dari kemasyarakatan :
1.Suku bangsa dan kebudayaannya.
2. Agama
3. Bahasa
4. Nasional Indonesia.

     Integrasi Sosial adalah proses penyesuaian di antara unsur-unsur yang berbeda dalam kehidupan bermasyarakat. Menurut pandangan para penganut fungsionalisme struktural, sistem sosial senantiasa terintegrasi terdiri atas dua landasan berikut:

1. Suatu masyarakat senantiasa terintegrasi di atas tumbuhnya konsensus di antara sebagian besar anggota masyarakat.


2. Masyarakat terintegrasi karena berbagai anggota masyarakat sekaligus menjadi anggota dari berbagai kesatuan sosial.

     Menurut William F. Ogburn dan Mayer Nimkoff, syarat berhasilnya suatu integrasi sosial adalah:
1. Anggota-anggota masyarakat merasa bahwa mereka berhasil saling mengisi kebutuhan-kebutuhan satu dengan lainnya
2. Masyarakat berhasil menciptakan kesepakatan bersama mengenai norma dan nilai.
3. Norma-norma dan nilai sosial itu berlaku cukup lama dan dijalankan secara konsisten.


Integrasi Nasional

     Integrasi Nasional adalah penyatuan bagian-bagian yang berbeda dari suatu masyarakat menjadi suatu keseluruhan yang lebih utuh. Selain itu dapat pula diartikan bahwa integrasi bangsa merupakan kemampuan pemerintah yang semakin meningkat untuk menerapkan kekuasaannya di seluruh wilayah (Mahfud MD, 1993: 71).

- Integrasi tidak sama dengan pembauran atau asimilasi.

- Integrasi diartikan integrasi kebudayaan, integrasi sosial, dan pluralisme sosial.

- Pembauran dapat berarti asimilasi dan amalganasi.

- Integrasi kebudayaan berarti penyesuaian antar dua atau lebih kebudayaan mengenai berapa unsur kebudayaan (cultural traits) mereka, yang berbeda atau bertentangan, agar dapat dibentuk menjadi suatu sistem kebudayaan yang selaras (harmonis).

- Melalui difusi (penyebaran), di mana-mana unsur kebudayaan baru diserap ke dalam suatu kebudayaan yang berada dalam keadaan konflik dengan unsur kebudayaan tradisional tertentu.


Sumber :
http://blog-pelajaransekolah.blogspot.com/2013/06/pengertian-etnosentrisme.html
http://nadiaswahedi.blogspot.com/2012/12/normal-0-false-false-false-in-x-none-x.html
http://psibadi-oktavia.blogspot.com/2013/01/psikologi-sosial-prasangka-dan.html
http://www.bisosial.com/2012/10/pengertian-integrasi-sosial.html
http://yanceqalam.wordpress.com/2012/12/04/7-pertentangan-sosial-dan-integrasi-masyarakat/
0 komentar
ISD Bab VII MASYARAKAT PERDESAAN DAN MASYARAKAT PERKOTAAN

Nama : Zulfikar Zuhdi

Kelas : 1TB03

NPM : 2C314694


Masyarakat Pedesaan dan Masyarakat Perkotaan


Pengertian Masyarakat

     Masyarakat adalah sekelompok orang yang membentuk sebuah sistem semi tertutup atau sebaliknya, dimana kebanyakan terjadi interaksi antara individu-individu yang terdapat dalam kelompok tersebut. Kata "masyarakat" berasal dari bahasa Arab, musyarakah. Dalam arti yang lebih luas yaitu sebuah masyarakat adalah suatu jaringan hubungan-hubungan antar entitas-entitas. Pada umumnya sebutan masyarakat dipakai untuk mengacu sekelompok individu yang hidup bersama dalam satu komunitas yang teratur.
     Syaikh Taqyuddin An-Nabhani seorang pakar sosiologi menjabarkan tentang definisi masyarakat,"sekelompok manusia bisa disebut sebagai suatu masyarakat apabila mempunyai pemikiran, perasaan, serta sistem atau aturan yang sama". Dengan kesamaan itu, manusia lalu berhubungan saling berinteraksi antara sesama mereka berdasarkan kepentingan bersama.
     Masyarakat bisa juga diterjemahkan dari kata society. Kata society berasal dari kata latin, societas, yang mempunyai makna hubungan persahabatan dengan yang lain. Societas berinduk pada kata socius yang memiliki arti teman, sehingga makna society berkaitan erat dengan kata sosial. Secara tersirat, kata society memiliki kandungan arti bahwa setiap anggotanya mempunyai perhatian dan kepentingan yang sama dalam mencapai tujuan bersama.

Syarat - Syarat Menjadi Masyarakat
     Syarat-syarat menjadi masyarakat yaitu sebagai berikut.
1. Mematuhi aturan yang dibuat oleh negara.
2. Mematuhi hak dan kewajiban sebagai masyarakat.
3. Melindungi negara ditempat masyarakat tersebut bermukim..
4. Menciptakan lingkungan yang tentram dan damai.

Pengertian Masyarakat Perkotaan

     Masyarakat Perkotaan adalah masyarakat yang dihuni oleh orang-orang heterogen kedudukan sosialnya. Masyarakat kota pada umumnya telah mengikuti dampak dari era globalisasi sehingga sering kali pada umumnya muncul suatu individualisme pada tiap individu yakni kurangnya rasa sosialisasi dengan orang lain. Berikut ini merupakat ciri-ciri masyarakat perkotaan:
1. Kehidupan agamanya berkurang karena umumnya hanya duniawi saja yang dikejar tanpa mementingkan kelak akhirat nanti.
2. Biasanya banyak warga kota yang individualisme tanpa mementingkan orang lain.
3. Warga kota pada umumnya mendapatkan pekerjaan lebih banyak.
4. Perubahan-perubahan tampak nyata dikota karena sangat berpengaruh dari budaya luar.
5. Lebih sering terkena oleh dampak globalisasi.

Pengertian Masyarakat Pedesaan

      Masyarakat Pedesaan adalah  masyarakat yang pada umumnya masih memegang nilai-nilai cultural kebudayaan dan adat-adat yang leluhur mereka ajarkan. Masyarakat pedesaan ini masih sulit berkembang karena tertutupnya oleh ajaran para leluhurnya, sehingga sulit untuk menerima hal baru. Namun secara tata krama sangat kental sekali yang namanya gotong-royong maupun bahu-membahu, jarang sekali masyarakat pedesaan yang dikenal kurang baik. Berikut ini merupakan ciri-ciri masyarakat pedesaan:
1. Kehidupan masyarakat pedesaan masih memegang tinggi nilai keluhuran keagamaan dan kebudayaan.
2. Warga pedesaan memiliki sifat gotong-royong sangat tinggi daripada sifat individualismenya.
3. Masyarakat pedesaan masih bergantung dengan hal-hal yang terdahulu dan cenderung sulit untuk    menerima hal baru.
4. Fasilitas-fasilitas umum masih jarang terdapat di pedesaan.
5. Akses menuju pedesaan yang terpencil sulit untuk ditempuh..


Tipe Masyarakat
     Berikut tipe-tipe masyarakat dalam menyikapi perubahan.

A. Masyarakat Terbuka

     Dalam menerima perubahan, pada masyarakat terbuka dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu:
 1. Masyarakat yang Menerima Perubahan dengan Seleksi
     Dalam tipe masyarakat yang demikian, perubahan yang ada disikapi dengan sikap selektif. Artinya perubahan yang membawa dampak positif bagi nilai-nilai di masyarakat tersebut akan diterima dengan tangan terbuka, sebaliknya perubahan yang dapat menimbulkan rusaknya norma-norma sosial yang telah ada ditolak keberadaannya. Masyarakat seperti ini tergolong masyarakat modern.
 2. Masyarakat yang Menerima Perubahan Tanpa Seleksi
     Semua unsur yang masuk dalam suatu masyarakat dianggap baik dan lebih maju, sehingga perlu diikuti, terutama unsur-unsur budaya dari dunia barat. Keadaan ini membuat sebagian masyarakat lupa bahwa tidak semua yang datang dari barat merupakan hal-hal yang modern. Proses menerima semua unsur-unsur barat tanpa seleksi disebut WESTERNISASI.
     Modern berbeda dengan westernisasi. Dalam hal ini berarti tidak semua yang datang dari Barat itu modern. Westernisasi harus kita tolak. Kita bukan orang Barat, tapi orang Indonesia yang memiliki nilai-nilai budaya dan norma-norma sosial sendiri yang jauh lebih baik dari norma-norma sosial yang ada di Barat.

B. Masyarakat Tertutup

    Masyarakat tertutup sulit menerima perubahan. Mereka bersifat bahwa perubahan akan menyebabkan hilangnya keaslian budayanya. Mereka menutup diri akan perubahan, adakalanya mereka menerima perubahan namun sifatnya terbatas bahkan ada yang tak mau menerimanya sama sekali. Mereka tak mau bergaul dengan masyarakat luar.


Perbedaan dan Ciri - Ciri Antara Masyarakat Desa dan Kota

     Dalam masyarakat modern, sering dibedakan antara masyarakat pedesaan dan masyarakat perkotaan. Menurut Soekanto, perbedaan tersebut sebenarnya tidak memiliki hubungan dengan pengertian masyarakat sederhana, karena dalam masyarakat modern, berapapun kecilnya suatu desa, pasti ada pengaruh-pengaruh dari kota. Perbedaan masyarakat pedesaan dan masyarakat perkotaan, biasanya bersifat gradual.
     Masyarakat desa dan masyarakat kota masing-masing punya karakteristik tersendiri. Masing-masing punya sistem yang mandiri, dengan fungsi-fungsi sosial, struktur serta proses-proses sosial yang sangat berbeda, bahkan terkadang dikatakan “berlawanan” pula. Perbedaan ciri antara kedua sistem tersebut dapat diungkapkan secara singkat menurut Poplin sebagai berikut:

Masyarakat Pedesaan
1. Perilaku Homogen.
2. Perilaku yang dilandasi oleh konsep kekeluargaan dan kebersamaan.
3. Perilaku yang berorientasi pada tradisi dan status.
4. Isolasi sosial, sehingga statik.
5. Kesatuan dan keutuhan kultural.
6. Banyak ritual dan nilai-nilai sakral.
7. Kolektivisme.

Masyarakat Perkotaan
1. Perilaku Heterogen.
2. Perilaku yang dilandasi oleh konsep pengandalan diri dan kelembagaan.
3. Perilaku yang berorientasi pada rasionalitas dan fungsi.
4. Mobilitas sosial, sehingga dinamik.
5. Kebauran dan diversifikasi kultural.
6. Birokrasi fungsional dan nilai-nilai sekular.
7. Individualisme.


Hubungan Desa - Kota


     Masyarakat pedesaan dan perkotaan adalah dua komunitas yang berhubungan erat dan saling membutuhkan satu sama lain. Masyarakat kota bergantung pada masyarakat desa dalam memenuhi kebutuhan akan bahan - bahan pangan seperti beras, sayur- mayur, daging dan ikan. Desa juga merupakan sumber tenaga pekerja kasar bagi jenis - jenis pekerjaan tertentu yang dibutuhkan untuk bekerja di kota. Mereka ini biasanya adalah pekerja - pekerja musiman. Pada saat musim tanam, mereka sibuk bekerja di sawah dan selagi menunggu masa panen, mereka mencari pekerjaan lain untuk mencari tambahan penghasilan.
     Begitu juga dengan masyarakat kota. Masyarakat kota menghasilkan barang-barang yang diperlukan juga oleh masyarakat desa seperti pakaian, alat elektronik, obat-obatan, dan lain sebagainya. Di kota juga tersedia tenaga kerja yang siap melayani dalam bidang jasa yang dibutuhkan oleh masyarakat desa, misalnya tenaga - tenaga di bidang medis atau kesehatan, permesinan, elektronika dan alat transportasi. Serta tenaga yang mampu memberikan bimbingan dalam upaya peningkatan hasil budi daya pertanian, peternakan ataupun perikanan darat.
      Oleh karena itu baik Masyarakat  kota maupun desa jangan sampai berselisih, yang beranggapan masyarakat kota selalu memanfaatkan masyarakat desa yang nyatanya masyarakat desa pun bisa memanfaatkan Masyarakat kota. Jadi sebenarnya tidak ada yang saling memanfaatkan tetapi yang ada ialah saling membantu satu sama lain.



Aspek Positif dan Negatif


Aspek - Aspek Positif dan Negatif

     Untuk menunjang aktivitas serta memberikan suasana aman, tenteram, nyaman, bagi warganya, kota diharuskan menyediakan fasilitas kehidupan dan mengatasi berbagai masalah yang timbul sebagai akibat warganya. Jumlah dan kualitas komponen suatu kota sangat ditentukan oleh tingkat perkembangan dan pertumbuhan kota tersebut.


Unsur Lingkungan Perkotaan

     Suatu lingkungan perkotaan setidaknya mengandung 5 unsur yang meliputi :
1. Wisma, mengembangakan daerah perumahan sesuai dengan pertambahan penduduk serta memperbaiki lingkungan perumahan yang sudah ada.
2. Karya, yaitu penyediaan lapangan kerja. Dapat dilakukan dengan penyediaan ruang untuk kegiatan perindustrian, perdagangan, pelabuhan, terminal serta kegiatan lain.
3. Marga, unsur ini merupakan ruang perkotaan yang berfungsi untuk menyelenggarakan hubungan antara suatu tempat dengan tempat lain dalam kota atau dengan kota-kota daerah lainnya.
4. Suka, Memenuhi kebutuhan penduduk akan fasilitas hiburan, rekreasi, pertamanan, kebudayaan dan kesenian.
5. Penyempurnaan, unsur yang merupakan bagian penting bagi kota, termasuk fasilitas keagamaan, perkuburan kota, fasilitas pendidikan dan kesehatan, jaringan utilitas/ keperluan umum.


Fungsi Eksternal


    Fungsi eksternal dari kota yakni seberapa jauh fungsi dan peran kota tersebut dalm kerangka wilayah dan daerah-daerah yang dilingkupi dan melingkupinya, baik secara regional maupun nasional.



Masyarakat Pedesaan

Pengertian Desa


     Desa merupakan perwujudan atau kesatuan geografis, sosial, ekonomi, politik dan kultural yang terdapat di suatu daerah dalam hubungan dan pengaruhnya secara timbal balik dengan daerah lain.


Ciri - Ciri Desa
      Ciri-ciri masyarakat desa antara lain sebagai berikut :
1. Sistem kehidupan biasanya bersifat kekeluargaan.
2. Masyarakatnya bersifat homogen seperti dalam hal mata pencaharian, agama dan adat istiadat.
3. Diantara warga desa mempunyai hubungan yang lebih erat dan mendalam bila dibandingkan dengan masyarakat lain diluar wilayahnya.
4. Mata pencaharian utama para penduduk biasanya bertani.
5. Corak kehidupan masyarakat sangat dipengaruhi faktor geografis.
6. Jarak antara tempat bekerja dan rumah tinggal tidak terlalu jauh.


Gotong - Royong
     Bekerja bersama-sama untuk mencapai suatu hasil yang didambakan disebut juga Gotong royong. Bersama-sama dengan musyawarah, pantun, Pancasila,hukum adat, ketuhanan, dan kekeluargaan, gotong royong menjadi dasar Filsafat Indonesia. Contohnya  seperti :
1. Bahu membahu dalam pembangunan desa.
2. Membersihkan lingkungan bersama.
3. Adanya sistem ronda untuk menjaga lingkungan.
4. Saling membantu sesama warga.


Sifat dan Hakikat
    Masyarakat desa yang agraris dipandang sebagai masyarakat yang tenang, hal itu terjadi karena sifat kekeluargaan sehingga oleh orang kota dianggap sebagai tempat untuk melepaskan lelah. Tetapi dalam masyarakat desa terdapat pula perbedaan pendapat atau paham yang menyebabkan ketegangan sosial.



Gejala Masyarakat Pedesaan


     Di dalam masyarakat pedesaan terdapat gejala yang menyebabkan ketegangan-ketegangan sosial. Gejala-gejala sosial tersebut antara lain.
1. Konflik/ pertengkaran, pertengkaran biasanya berkisar masalah sehari-hari/ rumah tangga juga pada masalah kedudukan dan gengsi, perkawinan dsb.
2. Kontroversi/ pertentangan, disebabkan oleh perubahan konsep-konsep kebudayaan/ adat istiadat, psikologi atau dalam hubungannya dengan guna-guna.
3. Kompetisi/ persaingan, dapat besifat positif maupun negatif. Positif bila wujudnya saling meningkatkan prestasi dan produksi, negatif bila berhenti pada sifat iri.
4. Kegiatan pada masyarakat pedesaan.


Sistem Budaya Petani Indonesia
     Sejarah perjuangan hidup umat manusia hanya akan berujung pada dua latar belakang budaya, budaya petani dan budaya pedagang. Indonesia, secara sadar mentransformasi budaya petani ke dalam budaya industri. Dan budaya itu pula yang menjiwai budaya industrinya. Apa dan bagaimana “budaya petani” dan “budaya pedagang” dapat tergambar dalam kisah sederhana.



Unsur Desa
Unsur – unsur Desa :
1. Daerah
2. Penduduk
3. Corak kehidupan
4. Unsur gotong royong


Fungsi Desa


     Fungsi desa dlm hubungannya dengan kota sebagai lumbung bahan mentah atau tenaga kerja dan segi kegiatan, kerja desa dapat merupakan desa agraris, desa manufaktur, desa industri, desa nelayan.

Kesimpulan : Meskipun banyak sekali perbedaan antara masyarakat desa dan kota, namun diantara kedua komponen tersebut memiliki hubungan yang signifikan, artinya kehidupan perekonomian di kota tidak akan berjalan dengan baik apabila tidak ada pasokan tenaga atau barang dari desa,begitu juga sebaliknya.

Sumber :
http://about-interesting.blogspot.com/2013/01/perbedaan-masyarakat-kota-dan-desa.html
http://celoteh-galang.blogspot.com/2012/11/masyarakat-pedesaan-masyarakat-perkotaan.html
https://ciptadestiara.wordpress.com/category/tipe-tipe-masyarakat-dalam-perubahan/
http://edukasi.kompasiana.com/2012/12/03/hubungan-masyarakat-desa-dan-kota-513176.html
https://madchocolate.wordpress.com/tag/masyarakat/
http://penulisinspirasi.blogspot.com/2012/12/tugas-isd-6.html
http://sosialsosiologi.blogspot.com/2012/12/definisi-masyarakat.html
 
;